Do The Best

Kamis, 21 Oktober 2010

DINAMIKA HIDUP ABRAHAM

Baca Kej 12:2-4; 18:1-33

Dalam FT banyak disinggung untuk kita bertumbuh dewasa dalam iman. Bdk Ef 4:15; 1 Ptr 2:2.
Namun apa bagaimana orang yang sudah dewasa rohani??
Dan mengapa ada kedewasaan rohani yang Tuhan tuntut bagi kita??

Kita telah sering mendengar tentang tokoh iman Abraham dengan dinamika iman yang begitu luar biasa, dan kita akan melihat kitab ini.

Dalam Kej. 12 kita melihat bahwa Tuhan berfirman kepada Abraham dan memberikan janji bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang akan memenuhi seluruh bumi.
Usia Abraham sudah mencapai 75 tahun (2:4) ketika ia berangkat dari Haran menuju tanah perjanjian dan akhirnya janji itu baru tergenapi ketika Abraham berumur 100 tahun (bdk 21:5). Dalam masa penantian selama 25 tahun itu Abraham banyak menghadapi tantangan. Tapi itu, adalah masa2 dimana Tuhan mendidik dia (masa dimana dia dididik untuk dewasa dalam iman).
Apa tantangannya:
• 25 tahun adalah waktu yang panjang
• Usia Abraham dan sara tidak muda
Sehingga itu mempengaruhi sikap mereka:Kita melihat bahwa respon Abraham maupun Sara menunjukkan respon yang sama-sama negatif namun tetap ada satu penekanan yang berbeda antara keduanya.
 Salah satunya di dalam Kej. 16 diceritakan bahwa Sara karena telah demikian putus asa, sehingga ia mengijinkan Abraham menghampiri Hagar supaya Abraham boleh mempunyai anak daripadanya padahal, bukan dari Hagar tetapi dari kandungan Sara-lah, anak yang dijanjikan itu akan lahir.
Dan kita melihat bahwa mulai terdapat ketidakcocokkan antara apa yang Tuhan janjikan dengan respon kedua orang tua ini karena mereka hanya memfokuskan kepada apa yang mungkin atau tidak mungkin yang dihasilkan pada diri sehingga fokus mereka bukan pada anak yang akan Tuhan beri. Ketidakpercayaan Abraham dan Sara merupakan kegagalan untuk memahami kemampuan dan janji setia Allah di dalam pekerjaanNya.
 Kadang2 kekhawatiran/ketakutan membuat kita tidak melihat janji Tuhan lagi seakan2 masalah itu begitu besar dan kita melupakan Dia sang Pemilik kehidupan ini bahkan mengambil jalan pintas.
Pengalaman akhirnya mendidik mereka untuk taat setelah Tuhan kembali menjanjikan janjiNya.
 Kita dapat melihat bahwa yang mendidik Abraham adalah peristiwa hidupnya. Disini kita perlu melihat tantangan hidup sebagai salah satu cara Tuhan mendidik kita. Sekalipun hal itu paling menyedihkan. Tuhan mengizinkan saat2 kelam itu untuk nmendidik kita untuk menyatakan siapa Dia dan dimana tempat kita bergantung.
Selain pengalaman hidup, tentu yang mendidik Abraham adalah FT (bdk 2 Tim 3:16). Ketika Tuhan berfirman, maka itu yang akan menguatkan kita. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kualitas hidup kita melalui Firman.
Kita merindukan saat2 dimana kita bisa bersaat teduh. Ketika kita menghadap Tuhan lewat saat teduh.
 Bagaimana dengan saat teduh? Apakah itu menjadi hal2 yg sangat dirindukan dan kita sungguh menikmati dimana Tuhan berbicara lewat firmanNya.

Kedewasaan rohani akan mempengaruhi kita bagaimana bersikap. Dan hal inilah yang menjadi indikator kita untuk melihat kedewasaan rohani.
Apa itu?
1). Seorang Kristen yang dewasa akan semakin sedikit ketergantungannya kepada hal-hal yang bersifat spektakuler, tetapi ia akan lebih menginginkan dan menikmati keintiman relasi dengan Tuhan. Kalau kita melihat dalam peristiwa Abraham, sebelum ketiga orang tersebut datang kepadanya maka ada banyak hal yang sudah pernah Tuhan bicarakan kepada Abraham sebelumnya dalam bentuk yang spektakuler sekali. Tetapi dalam Kej 18 ini kita melihat bahwa ketika Allah bertemu dengan Abraham, mereka didalam wujud manusia biasa (istilah ‘TUHAN’ di dalam ps. 18 menggunakan huruf kapital besar semuanya, yang dalam PL merupakan terjemahan dari ‘Yahweh’) sehingga sangat mungkin itu berarti Tuhan Yesus di dalam tubuh pra-inkarnasi. Namun Abraham mulai mengerti bahwa orang tersebut bukanlah orang biasa karena mereka mengetahui apa yang ada dalam hati Abraham dan apa yang sedang terjadi diseberang tenda yaitu tertawanya Sara, yang bahkan Abraham sendiri tidak mendengarnya. Dalam hal-hal yang sepele semacam itu, Abraham melihat bahwa bertemu dengan ketiga orang tersebut baginya sudah cukup dan ia mulai menikmati bagaimana menjamu mereka. (bnd. Luk 22:14-15; 24:30-31; Why 3:20) Disini bukan dalam hal makannya, tetapi ini lebih kepada hal bagaimana intimnya persekutuan antara manusia dengan Tuhan, dan itulah yang menjadi fokus utama, hal yang dikejar terus-menerus sebagai orang yang dewasa rohaninya. Ada atau tidaknya suatu hal yang spektakuler, itu tidak mengganggu keintiman daripada relasinya.
Kadang2 kita banyak percaya pada hal2 spektakuler. Ex: penyembuhan ilahi dsb. Kita akan datang pada kegiatan2 tsb. Ini tanda ketidakdewasaan rohani. Tidak lebih mencari kuasa Tuhan daripada Tuhan sendiri.
2). Seorang Kristen yang dewasa, ia bukan hanya fokus kepada diri tetapi akan menunjukkan perhatiannya kepada orang lain. Ketika ia sudah mengalami cinta Tuhan dalam hidupnya maka iapun menginginkan orang lain mengalami pengalaman yang sama seperti yang telah ia alami.
Mungkin saat pertama ia menerima Tuhan Yesus ia akan mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling bahagia karena itu saat ia berpindah dari kengerian kekal menuju pada kebahagiaan kekal, tetapi selanjutnya ia mulai memikirkan orang lain, apakah orang tua dan saudaranya yang lain juga mengalami hal yang sama.
Kalau kita mau menelusuri doa syafaat Abraham untuk Sodom dan Gomora, maka kita akan mengerti mengapa ia memohon kepada Allah untuk tidak memusnahkan jikalau terdapat sepuluh orang benar dalam kota tersebut. Itu semua dikarenakan yang menjadi perhatian Abraham pada saat itu adalah keponakannya yang bernama Lot dan sepuluh merupakan jumlah yang paling aman seruan Abraham kepada Tuhan agar Lot dan keluarganya diselamatkan. Sudahkah kita sebagai orang yang sudah diselamatkan mempunyai kerinduan untuk memikirkan saudara kita yang lain supaya mereka boleh mendengar Injil paling sedikit satu kali dalam hidup mereka? Pikiran semacam ini menjadi satu tanda orang yang dewasa rohani dan itulah yang dikatakan dalam Alkitab sebagai hidup yang berkelimpahan. Seperti dalam Yoh 10:10, waktu Tuhan Yesus datang, Ia mengatakan, “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyai dalam segala kelimpahan.” Maka disana diartikan bahwa pada diri sendiri masih kurang tetapi ia tetap mau menolong orang lain karena masih ada orang yang lebih membutuhkannya. Itu juga yang dikatakan oleh Yesus ketika ada seorang janda yang mempersembahkan dua keping uang.
3). Orang Kristen yang dewasa akan seimbang di dalam hal aktif dan pasifnya.
Ketika kita melihat Abraham dan pergumulannya berkenaan dengan janji Tuhan maka ada beberapa kali ia pasif, mis: ia tidak langsung berangkat ke mesir ketika ada bencana kelaparan besar, demikian juga ketika ia harus mengikuti Sara untuk menghampiri Hagar, sebab disini kita melihat bahwa aktifnya rencana itu muncul dari pikiran Sara. Namun kita melihat dalam ps 18 Abraham aktif datang menyambut dan melayani tiga orang tersebut, demikian juga ketika Tuhan memberitahukan rencananya untuk menghancurkan sodom dan Gomora. Orang yang dewasa rohani maka ia tahu membedakan dimana harus bertindak aktif dan dimana harus diam atau pasif. Ada saat dimana kita harus peka kapan kita harus bertindak atau ada saat dimana kita harus aktif.
Kadang kita mau untuk mengerjakan semuanya. Tapi kadangkala kita juga sebaiknya perlu untuk meberi kesempatan kepada orang alin untuk mengerjakan tgs dan tanggung jawabnya.
4). Orang Kristen yang dewasa mengerti dengan jelas akan dua hal kebenaran penting yaitu berkaitan dengan kebesaran dan keadilan Allah. Bahwa tidak ada sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan?. Sehingga tahu untuk mengucap syukur. Alangkah mengerikan sekali kalau konsep kebaikan Allah sudah tidak dapat dimengerti lagi oleh karena kita sudah terlalu biasa menerima kebaikan Allah yang dapat kita jumpai tiap kali dalam hidup kita, sehingga akibatnya tidak akan ada satu ucapan syukur yang keluar lagi. Kita dapat bayangkan kalau pada malam hari kita tidur dan selanjutnya pagi harinya kita tidak dapat bangun kembali untuk seterusnya. Banyak orang Kristen yang hidup dalam anugerah Tuhan yang terlalu besar dan itu sudah terlalu biasa sehingga tidak melihat lagi sebagai suatu mutiara yang indah, bagaimana pemeliharaan Allah dalam hidupnya.
5). Orang Kristen yang dewasa ditandai dengan pikiran dan hatinya makin menyerupai Allah. Apa yang Allah pikirkan, kesusahan dan sukacita Allah itu menjadi hal yang dialaminya juga,membenci apa yang dibenci dan mencintai apa yang Allah cintai, disini yang menjadi tanda bahwa kita mau tunduk dibawah kehendak Tuhan. Bukankah ini juga yang dikatakan dalam Ef 4:13, “Sehingga kepenuhan Kristus ada padamu.”.
Banyak agama yang mengajarkan kebaikan namun hanya Kristus yang mengajarkan kebenaran.

Satu kali ada pembicaraan antara seorang ayah dengan anaknya yang baru pertama kali masuk sekolah. Maka anaknya dengan penuh sukacita menceritakan pengalaman demi pengalaman yang ia jumpai disekolah, dan akhirnya ia bercerita tentang cita-cita setiap anak dalam kelasnya. Begitu ditanya oleh ayahnya tentang apa yang menjadi cita-cita anaknya, maka anaknya langsung menjawab bahwa yang hanya ia inginkan adalah menjadi seperti ayahnya. Oleh karena ia melihat cerminan sosok ayah menjadi cerminan pribadi yang benar-benar dapat dipercaya, yang memperhatikan dan memberikan kehangatan serta cinta kasih yang sepenuhnya. Seorang anak tidak mungkin mengatakan demikian jikalau ayahnya tidak mencerminkan sifat Allah dalam hidupnya.
Demikian juga halnya dalam kisah Abraham ketika ia harus mempersembahkan anaknya. Ia saat itu sudah berusia diatas 100 tahun dan itu berarti sudah sangat tua, dan beda usia dengan anaknya sudah terlalu jauh. Tetapi ketika ia membawa Ishak ke atas gunung, Ishak dengan sepenuh hati menyerahkan dirinya untuk dipersembahkan. Hingga disitu kita melihat bahwa iman Abraham tidak berubah sehingga memberikan arti bahwa itu merupakan proses terus-menerus menuju kedewasaan rohani. Proses seperti itu membutuhkan banyak sekali waktu, mungkin keluhan dan bahkan airmata.
Semoga apa yang telah kita pelajari hari ini menjadi cerminan sampai seberapa dewasakah hidup rohani kita dan kiranya Tuhan tolong supaya kita boleh makin dewasa lagi. Kiranya firman Tuhan ini boleh menjadi berkat bagi kita semua. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar